Friday, January 20, 2012

Anakku Menungguku di Pintu Surga

Minggu ini ada cerita tentang arti seorang anak. Masih sedih rasanya, tapi besar sekali hikmah yang saya dapat dan ingin saya share di blog ini.

Bismillahirrahmanirrahim... Dengan namamu Ya Allah, atas ijinMu semua ini terjadi, terbaca dan terbagi..

Senin siang itu sepulang jemput anakku yang bungsu, kami (aku, suami dan anakku) melewati rumah sahabat orang tuaku. Rumah yang besar, bersih terawat, mencerminkan keapikan pemilik rumahnya. Agak aneh, karena rumah itu terbuka lebar pintu pagarnya. Biasanya selalu tertutup rapat. Hanya sesekali saja kalau ada mobil yang keluar masuk. Lalu tiba-tiba aku melihat barisan kursi lipat dan bendera kertas kuning ...

Innalillahi wainnailaihi rojiun. Langsung teringat akan Ibu, sahabat orang tuaku yang menempati rumah itu. Reflex pikiranku langsung mengarah kepada beliau...*maaf ya tan*...


Suami dan anakku masih menunggu di mobil, aku sedikit berlari kecil masuk kerumah beliau. Sambil agak bingung, bertanya kepada bapak-bapak dipintu pagar, "Maaf Pak, siapa yang meninggal?".... Beliau jawab, "Cucunya Ibu..."... Innalillahi wainnailaihi rojiun...

Saya hampiri ayah almarhumah, teman kecilku. Ya Allah, tidak kuat hati saya melihat tatapan sedih dia. Putrinya baru saja dimakamkan. Seorang gadis kecil umur 7 tahun baru saja dipeluk di dalam perut bumiMu Ya Allah..
Sedikit cerita yang saya dengar, Putri kecil yang cantik ini sedang main disekolah, biasa, seperti anak-anak lainnya berlari bermain dengan teman-temannya, lalu tiba-tiba ia terjatuh. Sepulang sekolah badannya mengeluh lemas. Entahlah, saat saya mendengar cerita sang nenek yang tabah ini, pikiranku melayang-layang membayangkan cerita beliau, membayangkan anak-anakku... Singkat cerita, sang gadis kecil sempat masuk ICU, karena kondisi yang terus drop, dan ternyata ditemukan tumor di batang otaknya. Allahu Akbar. Seperti apa perasaan orang tuanya. Tidak menemukan gejala apa-apa, tiba-tiba dokter memvonis ada tumor di batang otak putri semata wayangnya. Iya, putri semata wayang. Ngga berani saya membayangkan seperti apa hancurnya hati kita sebagai orang tua yang lebih dulu ditinggal anak kita. Sehari setelah gadis kecil itu berulang tahun yang ke-7, ia pergi, bertemu dengan Zat yang paling mencintainya. Kue tart berwarna pink masih terlihat di ruang keluarga. Ya Allah ... :(


Lalu....

Rabu siang, saya melihat status di profil pic bbm teman, tulisan Innalillahi .... Ya Allah... Satu lagi pelajaran Kau perlihatkan padaku. Satu lagi keMaha KuasaanMu Ya Rab... Teh Wulan, teman satu majelis taklimku, baru saja ditinggal pergi oleh putra ke-duanya dengan penyakit yang sama.

Saya tahu, tahu persis seperti apa teh Wulan berikhtiar untuk kesembuhan putraya. Kurang lebih 4 tahun yang lalu penyakit itu mulai memberikan tanda-tandanya. Diawali dengan tubuh yang tiba-tiba sangat lemas.


Readers, tanpa mengurangi rasa hormat, disini saya tidak akan mebahas mengenai penyakit yang merenggut anak-anak dari teman-teman saya. Saya tidak mempunyai ilmu yang tinggi untuk mengenali mengenai jenis-jenis penyakit.


Saya hanya ingin iqro, membaca dan mentafakuri, pesan-pesan apa yang ingin Dia sampaikan pada kita. Tentunya kacamata kita akan membaca dari sudut pandang yang berbeda-beda.


Anak,.

Anak itu titipan, kita sudah tau semua. Titipan yang Allah ijinkan hidup di dalam rahim kita para ibu. Begitu lahir, disambut dengan doa dan suka cita. Kita didik dengan penuh cinta dan harapan. Ibu dan ayah saling mencari kemiripan wajah dengan bangga.. ah... saya yakin kita semua sama merasakan kebahagiaan  yang sama.


Allah selalu punya cara untuk membuka mata hati kita. Setelah dari pemakaman Dimas, putra teh Wulan, malam itu saya tidak bisa tidur dengan lelap. Terbayang-bayang wajah orang tua yang baru ditinggalkan anak-anak mereka. Terbayang mereka pasti sedang teriris hatinya karena ingin memeluk anak-anak mereka.
Bulak-balik saya masuk ke kamar anak-anak. Memandangi mereka satu persatu. Mencium mereka dengan penuh sayang, berjuta syukur dan panjatan doa-doa.
Betapa Allah sedang membuka mata saya. Menjalin doa-doa saya dengan beberapa kejadianNya menjadi jalinan ilmu yang harus saya pelajari dan amalkan. Saya selalu merasa belum bisa menjadi ibu yang baik buat anak-anak saya. Saya selalu minta ijinNya untuk membimbing saya dalam mendidik titipanNya. Lalu Allah perlihatkan KekuasaanNya. Menjemput umatnya tanpa pandang usia.


Tersadar, kadang kita merasa anak adalah milik kita. Kadang kita merasa berkuasa penuh atas anak kita. Memarahi disaat mereka bertingkah tidak sesuai dengan yang 'kita inginkan'. Merasa bahwa 'orang tua lebih tau dari pada anak'. Merasa anak betul-betul milik kita, karena keluar dari rahim kita. Kadang kita menyimpulkan sesuatu kejadian dengan kaca mata kita, dengan senjata kita bahwa 'org tua lebih tau apa yang terbaik buat anaknya' tanpa memberi kesempatan anak-akan mengungapkan 'tuntas' apa yang ada di benak mereka.


Duh Gusti, mulut ini masih suka mengeluh, ngomel-ngomel, marahin anak tanpa berpikir bijak  sebelumnya. Sementara teman-temanku Kau uji dengan penyakit yang diderita anak-anak mereka.... Tegarnya mereka cambuk buat saya.

Anakku seputih-putih kertas dihadapanku...

Maafin ibumu ya nak, ibu masih harus terus belajar. Ingatkan ibu pada saat ibu marah dengan tatapan mata cinta kalian. Kuatkan ibu pada saat ibu merasa 'letih' dengan dekapan tererat kalian. Selamatkan ibu dan ayahmu di dunia, di alam kubur kelak dan di akhirat nanti dengan doa-doa kalian. Ibu dan ayahmu hanya manusia biasa, yang kadang terlalu menunjukkan rasa sayang kami dengan cara yang salah.
Tekad kami hanya ingin berusaha membahagiakan kalian, mengantar kalian menjemput cita-cita kalian, mendoakan kalian, memberikan pelukan terhangat yang kalian pernah punya, dan yang terutama, mendidik kalian menjadi anak-anak yang soleh. Agar semua doa-doa kalian dikabulkan Allah. Agar kalian kelak mendapat pendamping hidup yang soleha. Semua sudah dijanjikan Allah nak... Doa anak-anak soleh yang dikabulkan Allah. Lelaki yang baik akan mendapatkan wanita yang baik... Itu nak, di dunia itu pada akhirnya ibadah itu yang harus kalian utamakan. Insya Allah, jika kalian soleh, mendekat terus pada Allah, maka Allah akan memudahkan semua urusan dunia kalian.


Ibu ayahmu belum tentu bisa mendampingi kalian terus. Hanya 3 pesan ibu untuk kalian, Jangan pernah meninggalkan sholat. Hidup Sederhana. Disiplin.

Dengan sholat akan jadi pagar bagi kalian. Akan menyelamatkan kalian. Akan mendekatkan kalian dengan Allah. Dengan sholat ibu yakin kalian akan memiliki filter sendiri dalam menghadapi godaan-godaan diluar sana. Dengan sholat, insya Allah akan membentuk akhlak kalian lebih baik, iman kalian akan lebih cerdas nak.
Sederhanalah hidup kalian walau kalian bisa berbuat lebih. Jangan mau diperdaya godaan dunya yang bisa membuat kalian sombong apalagi lalai ibadah. Ingat nak, masih banyaaaak orang diluar rumah kita yang tidur dalam keadaan lapar, yang harus rela kerja keras hanya untuk bisa sekolah, yang menggigil kedinginan hati mereka karena haus akan kasih sayang orang tua...
Disiplinkan hidup kalian, ibadah kalian, ikhtiar kalian nak. Insya Allah kalian selamat.




Untuk Teh Wulan dan teman-temanku semua yang Allah uji dengan kehilangan putra putri kalian. Amat sok tau kalau saya bilang 'saya mengerti perasaan kalian'.. Saya hanya bisa berdoa. Semoga Allah memberikan kekuatan, ketabahan buat kalian. Yakin, putra putri yang telah Allah jemput,  disambut dan dimuliakan oleh Allah.



"Mereka (orang-orang yang bersabar) itulah yang akan dibalas dengan martabat yang lebih tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya" (QS. al Furqaan : 75)


Yang sabar ya ... kuatkan hati dengan membisikan "Anakku menungguku di pintu surga......'








Friday, January 13, 2012

Di RumahMU - Makkah (Berkunjung dan 'Dikunjungi' bag-2

Di RumahMU - Makkah (Berkunjung dan 'Dikunjungi' bag-2)

by Widya Madjid on Saturday, April 23, 2011 at 8:40am
   Makkah, 23 Maret 2011

Assalamualaykum… Shabaahal Khaair…. Yaa Syabaab.. Kayfa haalukum al-yaum?... :-)

Ihram…

This is the time,,, my ‘journey’ is about to begin… bisik saya dalam hati sambil merapihkan kerudung. Setelah mandi bersih sesuai sunnah Rasulullah. Hakekatnya mandi adalah untuk membersihkan diri dari kotoran lahir . Saya juga berniat kuat untuk membersihkan lahir bathin saya dari kotoran hati, pikiran, ucapan dan perbuatan. Amiin, semoga saya bisa.

Ihram, Thawaf, Sai, Tahalul… itu rukun Umrah. Tapi seberapa dalam saya memahami makna ini semua yang akan saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari nanti sebagai seorang umatNya? Sebagai seorang ibu, istri, anak, sahabat?... disini saya ingin berbagi. *Maklumi keterbatasan ilmu saya ya ;)*

Dalam bus menuju Bir Ali, Ustadz Budi Prayitno selalu mengisi waktu dengan tausyah ringan tapi dalam maknanya. Tentang sejarah islam, tentang arti kita sebagai manusia dimata Allah, tentang kisah-kisah dari sesama saudara kita yang bisa kita ambil pelajaran. Dan akhirnya bertambah lagi ilmu kami. Jazakumullah Khairan Katsiran Pak Ustadz..

Perlahan bus meninggalkan Madinah, diikuti dengan perasaan haru, sedih dan sudah merasakan rindu sebelum saya benar-benar meninggalkan Madinah. Hampir sepanjang perjalanan tangan saya selalu menggenggam erat suami, sambil selalu berucap syukur akan nikmat Allah yang satu ini.

Saya kebetulan selalu dapat kursi di bus dibaris kedua dari depan, persis dibelakang Pak Ustadz. Saya tengok kebelakang, satu persatu saya perhatikan jamaah-jamaah, saudara-saudara yang baru saya kenal beberapa hari ini.. Dengan wajah yang sama bahagianya, karena akan berkunjung ke rumahNYA. Semua memakai penutup badan yang sama, ber-ihram. Kita semua melepas atribut duniawi seperti pangkat, jabatan, status, profesi, nama besar.. tidak terlihat disini.

Kita semua sama dimata Allah.. ini makna berbaju ihram. Sungguh kita hanya terdiri dari susunan ruas-ruas tulang yang berbalut daging, yang hanya karena Rahman Rahim Allah-lah kita diberi kehidupan, ditambah sepotong akal (akal dan qalbu-) yang membedakan kita dengan makhluk   lain ciptaan Allah yang bernama hewan. Dimana tubuh ini, jasad ini semua dalam ketetapanNYA dan dalam janjiNYA. Allahu Akbar.

Berbaju ihram pun seperti symbol kalau kita ‘pulang’ nanti, hanya terbungkus kain putih tanpa ada jahitan. Saking  Allah ingin mengingatkan kita akan persiapan ‘amal’ yang akan dipertanyakan kelak di alam barzah. Bukan berapa besar rumah yang kita miliki. Atau pangkat apa terakhir kita didunia sebelum kita mati?.. Hanya amal. That’s it!

Terpejam mata ini, mengingat perjalanan ibadah haji saya belasan tahun yang lalu. Saya tidak ingin perjalanan kali ini sia-sia tanpa membawa ‘oleh-oleh’ hikmah saat pulang nanti. Apa tujuan saya? Apa tujuan kita semua? Tentunya ingin ibadah ini mabrur. Ingin agar kita tidak tergolong dalam kelompok orang-orang yang merugi karena tidak bisa menjadi manusia yang lebih baik dari hari kemarin. Tujuan datang kesini untuk ibadah semata untuk mendapatkan RidhoNYA.

Merapat bus memasuki halaman parkir di masjid, di Bir Ali  kami semua melaksanakan sholat sunat ihram 2 rakaat. Selepas itu berangkat lagi menuju Makkah Al Mukaramah. Dan mulailah kami semua berniat umrah dipimpin Ustd.Budi Prayitno.

                                                                    Labbaik Allahumma ‘Umratan
                 Ya Allah, aku datang untuk memenuhi panggilan-MU, untuk melaksanakan ibadah umrah..

Yaa Allah … betul-betul perjalan ini mengasah qolbu saya. Seperti apa nama ALLAH tertanam dihati saya? Air mata selalu keluar saat hati dan bibir berucap namaMU. Saya datang Ya Allah…akhirnya kami datang… Lalu Semua jamaah  melantunkan Talbiyah ..

                                             Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika la Syarikala Labbaik,
                                               Innalhamda, Wanni’mata Laka Walmulka Laa Syarikalak…
                    
                 Aku datang memenuhi panggilanMU Ya Allah, aku datang memenuhi panggilanMU Ya Allah,
                                                    aku penuhi panggilanMU, tidak ada sekutu bagi-MU.
                   Sesungguhnya segala puji, segala nikmat dan segala kekuasaan adalah milikMU semata.
                                                                          Tidak ada sekutu bagiMU…

Setelah check in di hotel dan istirahat sekedarnya, mulai kami dibimbing Ustadz menuju Masjidil Haram… Subhanallah…. Aduuuuh…. Deg-deg-an menjadi-jadi… BIsmillahirrahmanirrahim…

Dan akhirnya Ka’bah ada didepan mata. Suara-suara sesama jamaah bersautan halus saling merintih takjub, berkaca-kaca mata kami, bergetar bibir kami mengagumi RumahMU Ya Allah… Mengagumi magnet seluruh roh muslim dimuka bumi. Lalu Ustdaz Budi mengajak jamaah bersujud syukur dihadapan Ka’bah, mensyukuri nikmatNYA, undanganNYA, ijinNYA karena kami semua bisa ada disini. Dan selanjutnya… mulailah kami melaksanakan rukun yang kedua, 

Thawaf…

Tenang dan pasti ustadz menuntun kami semua melangkahkan kaki, bertasbih, tahmid, tahlil mengagungkan namaNYA dimulai dengan mengecup jauh Ka’bah dengan mengucap “Bismillahi Allahu Akbar”… Bergetar, merinding, dahsyat melihat ratusan umat manusia , mendengar dengungan doa, ratapan permohonan ampun, linangan air mata, semua berputar mengililingi Ka’bah,,, berputar diporos yang sama,,,, selalu sama,,, dan tak akan pernah terputus sejak ribuan tahun yang lalu. Isn’t that amazing??? …. Adakah yang pernah merubah aturan cara berputar? Mengurangi  atau menambah jumlah putaran? Saya yakin tidak ada. Dimana akan kita temukan dimuka bumi ini kejadian seperti ini? Hanya disini.. Di RumahMU Ya Allah… Berbusana sama, meratap, memohon, hanya pada sang Khalik.

Putaran pertama…. Bibir ini memuji asmaMU Ya Allah, mengagumi kekuasaanMU, ke-Maha KayaanMU. Lalu semilir tercium wangi yang entah hanya bisa saya temukan disini..  wangi yang selalu kurindukan. Juga terdengar suara desahan nafas ummat yang menangis karena taubat .. yang malu-malu bahkan terang-terangan mengakui kebodohan… Astaghfirullah Ya Allah… Yang Maha Pengampun, ampuni dosa kami semua…

Dengan berbekal buku doa thawaf dan sai ditangan dan tuntunan doa dari Ustd.Budi, kami berputar mengelilingi Ka’bah… Setelah tuntunan doa selesai tapi satu putaran Ka’bah belum selesai, saya isi dengan doa saya sendiri sambil  memejam mata, mencoba sangat-sangat khusyuk berdoa pada Allah…
Di RumahMU, dengan suami disebelah.. Fabiayyi alaairobbikumatukadziban…

Diputaran berikutnya.. terbayang wajah Umi dan Dato (ayah dan ibu) saya… Ya Allah, berderai deras air mata saya, bahu terguncang hebat, ingin rasanya saat itu bersimpuh di kaki mereka. Tiba-tiba terbayang jelas wajah Umi dan Datoku yang semakin tua. Yang sudah mulai memutih rambut mereka, melemah kekuatan fisik mereka tapi semakin kuat doa-doa mereka untuk saya Ya Allah…

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Malik Ya Kuddus Ya Dzalzalai wal Ikram,  ampuni dosa mereka, sayangi mereka, bahagiakan lahir bathin mereka, sejahterakan jasmani rohani mereka. Sungguh mereka adalah orang tua yang terbaik. Ampuni mereka Ya Rab, jika mereka lalai beribadah saat mereka sibuk mencari nafkah untuk kami, hanya karena ingin melihat kami semua anak-anaknya bahagia. Angkat derajat mereka Ya Rab, perbaiki semua urusan mereka.  Saya mohon di jannahMUlah jadi tempat mereka kelak.. amiin..

Putaran kedua, ketiga dan seterusnya… Dimasing-masing putaran, saya memuji dan memohon ampunan… dan khusyuk berdoa untuk rumah tangga saya, untuk suami tercinta, anak-anak terkasih, ..Ya Allah ,,, aku mencintai mereka karena Allah Ta’ala… Jangan lebihkan cintaku pada mereka melebihi cintaku padaMU Yaa Rabb… Ya Rabb, selamatkan pula bangsa kami, pemimpin-pemimpin negeri kami… Saudara-saudaraku,teman-temanku yang sedang Kau uji dengan kesempitan, lapangkanlah.. Yang sedang Allah uji dengan penyakit, sembuhkanlah... Jangan KAU tinggalkan kami barang sedetikpun Ya Rabb...  Amiiin..

Sendu mata ini merekam Ka’bah disamping kiri.. Apakah Kabah itu? Batu berbentuk kotak, dibungkus kain hitam… Tapi apa maksud ini semua?... Kita bukan diajak untuk mentuhankan Ka’bah itu.. tapi seperti magnet yang sangat kuat, putaran Thawaf ini seperti putaran yang mendekatkan diri kita dengan sang Khalik. Ada janji disitu, janji ingin mendekatkan diri dengan Allah, janji ingin melaksanakan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA.

Ya Allah… jangan tinggalkan kami saat iman ini sedang melemah. Ingatkan kami saat KAU beri nikmat, Peluk kami saat KAU uji kami dengan ‘sentuhan’ ringanMU, sehatkan rohani kami setelah KAU beri aku obat ‘ujian’ yang pahit terasa..  Sungguh kami dalam ketetapanMU, dalam aturanMU. Bimbing kami mengikuti aturanMU Ya Rab.

Sa’i…

Setelah beristirahat sejenak setelah Shalat sunat Thawaf, segelas zamzam saya teguk nikmat.. membasahi kerongkongan yang kering karena habis merengek minta ampun pada Allah. Kami melangkah kearah bukit Shafa.. Ya Allah… Alhamdulillah.. masih KAU ijinkan hamba kesini…

Berdiri para rombongan berbaris , mendengar intruksi dari Ustd.Budi dan dimulailah sa’i… Berjalan dan sedikit berlari kecil antara bukit Shafa dan bukit Marwah. Semua jamaah penuh keyakinan, mantap, berjalan beriiringan.

Saya menggandeng seorang teman, yang tidak pernah saya lihat pipinya kering. Selalu basah oleh air mata. Saking disayangnya dia oleh Allah, saking Allah ingin mengangkat derajatnya, Allah uji dia dengan penyakit yang tidak main-main yang diderita oleh putranya… juga ujian sakit pada suaminya, serta jatuh bangun usahanya. Tapi dia memiliki senjata ampuh, which is Doa dan Sedekah Cintanya.. Subhanallah…  Ya Allah, sungguh hanya KAU yang paling mengetahui, umatMU yang mana yang kuat menerima ujian-ujianMU.. Diana Ekarini, selamat ya sayang, kamu sudah jadi orang yang ‘terpilih’… ikhlasmu yang menjadikan semua bernilai ibadah. Barakallahu Fiikum Diana….

Apa sa’I itu? Bukan hanya berjalan bulak balik kita antara dua bukit. Allah dan Rasulullah tidak akan memerintahkan atau mensunnahkan kepada kita sesuatu yang tidak ada artinya. Ini bukan hanya olahraga jalan kaki. Salah besar orang yang menilai ibadah umat islam hanya seperti kegiatan olahraga saja (takbir, ruku, sujud, thawaf, sa’i).. Di sa’I ini ada komitmen kita dengan Allah…

Lagi-lagi janji kita dengan Allah. Bahwa kita berjanji tidak akan putus berikhtiar. Berikhtiar untuk menjadi umatNYA yang lebih baik. Berikhtiar untuk mencari nafkah, Berikhtiar untuk mencapai Ridhonya. Ikhtiar yang keluar dari keyakinan. Keyakinan yang membuahkan sikap . Keyakinan semua umat muslim dimuka bumi akan adanya Allah dan hari akhir, ini yang membuahkan sikap taqwa semua umat akan aturan-aturanNYA. Allahu Akbar….

Tahalul..

Yaa Allah…. Kalau boleh saya lompat-lompat dan teriak.. Bahagia karenaMU . Saat saya pandang suami menggunting rambut dalam Tahalul. Dengan makna membersihkan diri kita, mensucikan diri dari kotoran dan dosa-dosa… Dengan Ridhonya, Insya Allah bersih pula kami dari dosa-dosa..Alhamdulillah… Ya Allah, Ya Robbana, selesai sudah umrah kami. Terima ibadah kami Ya Allah. Ibadah yang masih jauh dari sempurna. Sempurnakanlah dengan keMaha SempurnaanMU … amiiiinnnn

Orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah adalah para tamu Allah. Karena itu, manakala mereka memohon kepada_NYA, niscaya Ia memenuhi permohonan mereka. Dan manakala mereka memohon ampun, niscaya Ia mengampuni mereka. (Hr. Ibn Majah dan Ibn Hibban).

Di Thawaf Wada itu..

Tidak ada yang tidak mengeluarkan air mata. Tidak ada yang tidak memohon kembali. Semua ingin mendapatkan undangan istimewaNYA. Saling berpelukan dan bersalaman sesama jamaah, mohon maaf lahir dan bathin, mohon diterima sebagai keluarga baru. Berjanji akan memanjangkan silaturahmi. Indahnyaaa… Senyum bahagia jelas terpancar dari wajah-wajah yang bersinar. Wajah yang bahagia karena sudah dijamu sang Kekasih.

Ustadz Budi memimpin doa dan bersama-sama mengajak kita kembali lagi ber-janji kepada Allah, di depan pintu Ka’bah. Berjanji tidak akan pernah meninggalkan sholat, akan membaca Al Quran setiap saat, tidak berbohong… (white lies ke anak-anak masih boleh kan pak ?.. hehehe) … dan beliau memimpin doa-doa indah lainnya yang membuat hati ini sangat tersentuh.

Ini moment yang sangat indah, kesempatan emas, lalu lembut tangan saya menarik suami agar mendekat di depan pintu Ka’bah. Berdua kami bermunajat, mengangkat tangan di depan pintu Ka’bah. Saat itu berasa hanya ada kami bertiga. Aku, suamiku dan Allah. Dengan memohon tuntunan Allah, pun dalam berdoa kepadaNYA, saya sampaikan permohonan ampun kami berdua, dan permohonan lainnya, Ya Allah, tumbuhkanlah rasa sayang diantara kami berdua, yang rasa sayang itu hanya datang dariMU. Berikan tatapan sayang kepada kami berdua satu sama lain. Tuntun kami dalam mendidik amanahMU. Jadikan rumah tangga kami surga bagi kami di dunia dan akhirat. Lapangkan hati kami, langkah kami, rejeki kami. Ya Rab, air mata ini berderai karena takutku padaMU, karena pintaku hanya padaMU. Aku berdiri mendampingi suamiku bukan karena takut aku padanya, tapi karena takutku akan aturanMU tentang dia. Ya Rab, ijinkan kami kembali lagi kesini bersama keluarga kami.. Amin.. Dan suamiku, imamku menutup dengan doa selamat. Fabiayyi alaairobbikumatukadziban… Maka nikmat Allah mana lagi yang engkau dustakan…

Tafakur …

Banyak hikmah dibalik perjalanan ini semua. Dengan keterbatasan ilmu saya, dengan kekurangan saya.. saya mencoba mentafakuri semua.

Tanah haram… Haram bagi manusia datang kesini jika tidak memiliki keyakinan akan keIlahiyan.. Haram bagi mereka yang tidak yakin pada Allah dan Rasulullah.  Haram bagi manusia yang datang kemari dengan membawa kesombongan. Bahwa kita harus yakin dibalik setiap denyut nafas kita ada ketetapan Allah disitu.

Ditanah haram ini semua seolah terbuka disini. Akan ditunjukkan kekeliruan kita selama ini. Sering kita dengar cerita teman, saudara akan teguran-teguran instan dari Allah di tanah haram. Sesungguhnya saya meyakini, islam tidak mengenal hukum karma. Tapi Allah menyebutkan di Al Quran bahwa kebaikan sebesar biji zarah pun akan dibalas oleh Allah. Demikian pula sebaliknya.

Disini seolah didekatkan antara sebab dan akibat. Antara hukum dan kenyataan. Antara keyakinan adanya Yang Maha Melihat dan masa bodo kita tentang keberadaanNYA.

Ka’bah itu ibarat rumah. Rumah tempat kita kembali. Kembali dari luar rumah setelah beraktifitas penuh. Belajar, bekerja, beribadah, dengan jutaan masalah diluar sana. Seperti biasa jika kita kembali kerumah kita ingin beristirahat, menemukan rasa nyaman, tentram, terlindung dari panas dan hujan. Seperti itulah Ka’bah. Menenangkan, menyejukkan, tempat ibadah yang mulia. Ah, andai kita bisa setiap saat mengunjungi rumahNYA…

Sejak dari rumah, susunan doa sudah tertata rapi dibenak saya. Buku-buku doa pribadi beberapa saya bawa dan selalu ada di tas setiap saya ke mesjid. But you know what? Tidak ada satupun yang saya sentuh. Bukan karena saya sombong. Justru, saya malah tidak bisa berkata apa-apa saat  saya bisa duduk bermunajat di multazam. Yang ada bukan saya memohon doa, tapi hanya ada rasa malu yang amat sangat. Malu karena saya datang tidak membawa apa-apa. Tidak punya apa-apa. Sangat miskin. Saya datang hanya membawa dosa, keluhan, hina, permohonan, tuntutan… Ya Allah…. Ampuni saya…

Islam itu indah. Rahmatan lil alamin.  Sangat sempurna. Semua penuh makna, selalu ada maksud Allah yang DIA ingin kita semua Iqro dan Tafakuri. Islam itu komitmen. Selalu kuat antara hubungan aku dan DIA, Allah dan manusia. Begitu sempurnanya ajaran ini, sehingga hal kecilpun diatur olehNYA. Bahkan jauh sebelum peradaban manusia semaju sekarang. Islam betul jika kita menjalani komitmen sesuai dengan perintahNYA. Makanya, kita jangan sok tau.

Bahwa kita sering tidak mensyukuri nikmat dari Allah. Dengan mengukur apa yang didapat pada orang lain. Kalau saja kita mau mengukur bukan hanya dari kesenangan yang diperoleh orang lain, tapi mau mengukur diri dengan ujian-ujian yang ditimpakan Allah kepada orang lain, disitulah baru kita memahami makna syukur. Bersyukurlah… agar Allah semakin menambah nikmat kepada kita. Jangan sok tau, jangan mengatur Allah. Memohon dengan doa itu adalah wajib. Tapi saat Allah tidak atau belum mengabulkan doa kita, itulah yang terbaik yang Allah beri buat kita saat ini.

Sekarang... sanggupkah saya , kita menjaga ‘ihram’ saya? Tidak berkata buruk, tidak menyakiti sesama maupun lingkungan, tidak berkelahi, mulut selalu berdzikir mengingatNYA?... Bahwa setelah umrah adalah bukan jaminan kalau kita lebih baik dari orang lain. Tapi kita wajib berikhtiar untuk menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi banyak orang. Juga melawan yang ada didiri kita, yaitu nafsu kita sendiri dan mengendalikannya.

Terimakasih pada Allah SWT , yang masih mengijinkan saya yang hina ini bermunajat Di RumahMU .  Terimakasih suamiku… Terimakasih Umi, Dato, Ibu , Bapak, Terima kasih KHALIFAH Tours and Travel dan semua crew serta para muthowif yang siap 24 jam membantu kami. Terimakasih Pak Ustd, Budi Prayitno atas bimbingan, perhatian, kasih sayang dan profesionalitas. Hatur nuhun Diana, sudah membuka mata hati saya dan menjadikan saya lebih bersyukur. Terima kasih teman-teman , saudara-saudara semua. Yakin ya, jika ini ibadah kita yang terakhir, Yakin Allah menerima ibadah kita. Dan jangan pernah berhenti berharap untuk bisa datang kembali lagi dan lagi dan lagi kesini.

Amiin.. AMiin.. Amiin Ya Robbal'alamin Robbana Taqobal Dua'a Ya Rabb...

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh... ~Widya Madjid~

Thursday, January 12, 2012

Berkunjung dan 'Dikunjungi'.... (Madinah)

Berkunjung dan 'Dikunjungi'....(Madinah)

by Widya Madjid on Tuesday, April 5, 2011 at 4:39pm
(Note ini hanya ungkapan bahagia saya, yang saya yakin diantara anda yang membaca ini ada yang jauh lebih sering berkunjung ke tanah suci, dengan memiliki pengalaman indah masing-masing. Dengan segala rendah hati, maafkan kalau ada yang kurang berkenan)

Bismillahirrahmanirrahim.....
Bandung, Minggu, 20 Maret 2011... Pkl. 03.45
Seperti hari Minggu biasanya, setelah Tahajjudku malam itu, tersungkur aku bersujud di sajadah kesayangan.
Sajadah yang menjadi saksi bisu doa-doa dan rintihan harapanku padaNya. Yang mendengarkan semua pengakuan dosa-dosaku...dan lantunan sujud syukurku.

Di sajadah itu aku bersujud, takuuut...

Takut itu sujud terakhir pagi itu dirumahku.

Takut karena akan meninggalkan harta terbesarku yaitu Amir, Zahran dan Faza, tiga belahan jiwaku.

Takut Allah menolak kunjunganku karena aku merasa tidak pantas kerumahNya.

Air mata seperti suliiit untuk ditahan, begitu aku istighfar.. Menyampaikan niat dihati yang paling dalam, bahwa niatku kesana hanya untuk ibadah semata, memohon Ridho Allah dan mohon ampunan atas semua dosa-dosaku.

Umroh , 2011
Ini bukan perjalanan ibadahku ke tanah suci yang pertama.
1994, Ibadah haji Alhamdulillah sudah dijalani bersama keluarga besar. Masih kuliah, belum menikah.. dengan bekal ilmu yang sangat minim.. rasanya saat itu jauh dari maksimal.
Tapi kali ini, kembali aku ke tanah suci bersama suami tercinta. Dengan peran yang lebih besar, sebagai anak, istri, ibu, menantu, dan jelas sebagai hamba Allah yang makin hari rasanya makin banyak dosa.
List doa sudah rapih tertata di benakku. Sejak berbulan-bulan lalu. Sejak keinginan umroh begitu kuatnya tertanam dihati.
*Flashback ; Beberapa bulan terakhir sejak keinginan umroh bersama suami begitu kuatnya, setiap selesai tahajjud, menjelang azan subuh  aku membaca Al Quran. Disebelah Al Quran, sengaja aku jejer brosur-brosur  umroh dari berbagai travel. Ditengah-tengah mengaji biasanya mataku melirik brosur itu sambil tersenyum, yakin, kalau Allah tidak mungkin tidak mengijinkan aku ketanah suci.. entah bagaimana caranya pokoknya aku yakin akan berangkat kesana! Lalu mataku kembali lagi meneruskan membaca kalam-kalam Ilahi..

21 Maret 2011,
Pkl. 02.00 Masuk kota Madinah... Ustd.Budi Prayitno membimbing jamaah di dlm bis dengan lantunan Shalawat..

Yaa Nabi Salam Alayka...

Yaa Rosul Salam Alayka...

Syahduuu... Lalu beliau menceritakan sejarah, perjalanan hidup dan perjuangan Rasulullah.. Beliau menyampaikan, mengingatkan agar selama 3 hari (saja) kita di sana, jangan sampai kita mengecewakan Allah dan Rasulullah... Subhanallah, aku pribadi sangaaat termotivasi. Harus memberikan ibadahku yang terbaik disini dan seterusnya hingga akhir hayatku, karena aku tidak ingin mengecewakan Allah dan Rasulullah. Amiiiiin...
Masya Allah... merinding, terharu, menangis.. tanpa sadar mulut ini berucap, " Yaa Muhammad Yaa Rasulullah... saya rinduuu padamu..kerasa ngga rindu saya padamu Yaa Muhammad Yaa Rasulullah..".. Sesak dada ini, takjub akan keindahan Masjid Nabawi yang padahal baru menara kecilnya saja yang kelihatan.

Tiba-tiba suami memegang tangan dan merangkul , "Terimakasih ya hon..."
Subhanallah... hanya  Allah yang tahu apa yang aku rasakan saat itu. Alhamdulillah....

Berjalan kearah Masjid Nabawi, dipelataran masjid, tertegun... betapa  tidak mempercayai mataku sendiri. Betapa Allah telah mengabulkan doa-doaku.

Tiga bulan lalu, tidak terpikir oleh saya sedikitpun. Uang dari mana bisa berangkat kesini??.. Kok bisa?... Tidak habis pikir ... Semua proses ini berlalu begitu cepat. Mulai dari dapat pekerjaan. Dengan niat mendapat RidhoNya , sambil proses pekerjaan ini berjalan, aku semakin memperbaiki diriku, ibadahku, sholat fardhu dan sunah, tahajjud dan dhuha , puasa, khataman Quran, sedekah,,, apapun asal Allah suka aku kerjakan dengan yakin. Karena janji Allah jika kita memperbaiki hubungan kita dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki urusan dunia kita...
Allahu Akbar... Allahu Akbar..
Demi Mu Yaa Allah yang Maha Menyaksikan ibadah-ibadahku yang masih jauuuuuuuuuuh dari sempurna, telah Kau buktikan janjiMu padaku... Maha Benar Allah dengan segala FirmanNya...

Disujud sepertiga malam saya habiskan untuk berdialog dan sedikit bernegosiasi pada Allah. Sekiranya Allah mengijinkan saya memperoleh hak dari pekerjaan ini, akan saya gunakan untuk ... ini, ini, itu, itu, salah satunya untuk Umroh bersama suami. Dan Allah mengabulkan ! Alhamdulillah.. Dahsyatnya kekuatan doa.. Doa yang penuh keyakinan.
Tapi tau ngga, begitu uang ada ditangan, bergetar saya, menangis... bukan karena senang. Tapi karena takuuut... Karena ada komitmen saya dengan Allah disitu. Kembali lagi saya yakin Allah bersama saya, saya minta dituntun untuk menempatkan uang ini sesuai dengan komitmen saya dengan NYA.

Dan disinilah saya sekarang, di kota Madinah, bersama suami tercinta. Eraaat kita berdua saling berpegang tangan, seolah berbagi kebahagiaan.
Sholatku, ibadahku, sujudku… selalu  penuh dengan air mata.
Mendadak cengeng, mendadak manja, mendadak minta perhatian Allah dan Rasulullah. Nikmatnya Yaa Allah… Setiap mata ini menyapu mesjid, selalu berdoa dalam hatiku, Yaa Allah , ijinkanlah anak-anakku, keturunan-keturunanku kelak, orang tuaku, mertuaku, saudara-saudaraku, semua umatMu melihat apa yang aku lihat sekarang,  merasakan apa yang aku rasakan sekarang. Amiiiiin ….

Di RaudhohMu Yaa Allah…
Salah satu dari taman surgaMu…Beratus bahkan ribuan umatMu setiap saat berebut untuk berdoa, bermunajat di RaudhohMu. Siapa yang tidak mau?... Kesempatan ini ngga akan aku sia-siakan. Kadang pesimis kalau melihat jumlah jamaah wanita dari berbagai negara berkumpul dibeberapa pintu untuk menuju Raudhoh. Penuh perjuangan, butuh kesabaran, ikhlas dan…. Doa. Kembali aku berdoa dan bernegosiasi sama Allah, dengan yakin doaku, “Ya Allah , Allah sudah mengijinkan aku ada di dalam Masjid yang luar biasa agung ini, masa tidak Kau ijinkan aku bermunajat di RaudhohMu?.. Boleh Yaa Allah… “.

Tidak lama setelah aku berdoa, tiba-tiba dari arah kiri terdengar suara gemuruh.. Semua jamaah wanita berlarian demi melihat pintu terbuka. Ciuut hati ini, tapi tetap saya gandeng ibu sesama rombongan untuk mencapai karpet hijau tanda memasuki Raudhoh. Lia, mengambil alih pegangan tangan ibunya, dan aku berlari kecil menghampiri raudhoh, Subhanallah… ada tempat kosong yang kira-kira cukup untuk 5 jamaah sholat disana.

Lagi-lagi aku merasa dikabulkan doaku oleh Yang Maha Mendengar.. Sambil mengatur nafas, pelan aku berniat dan mengangkat takbir ... AllahuAkbar... Berderai lagi air mata mensyukuri nikmat ibadah ini. Dalam sujud terakhirku, begitu panjaaaang doaku. Selesai salam terakhir, askar wanita sedang sibuk dengan jamaah yang lain, kembali aku bersujud,  aku pakai kesempatan emas ini untuk berdoa dan istighfar… Setelah puas, *yang rasanya tidak akan pernah puas*... Aku  tengok kanan kiri, askar sedang membelakangi saya… Wah, kesempatan emas lagi.. lagi-lagi sujud aku berdoa… teringat titipan-titipan doa dari saudara, adik kakak, sahabat..dan calon pemimpin negeriku.. Negeri Indonesia yang sudah semakin tidak jelas kemana arahnya, semoga suatu hari nanti dipimpin oleh pemimpin yang berotak German, berhati Ka’bah, lalu saya menyebutkan nama. *Tidak akan saya sebutkan disini, nanti disangka kampanye.. hehehe ..* Dan selalu berdoa, ya Allah ijinkanlah anak2ku, keturunanku, org tua dan mertuaku, saudara-saudaraku, seluruh umatMu bersujud dan bermunajat di RaudhohMu sebagaimana Allah ijinkan aku saat ini. Amiiin…

Umrohku kali ini umroh plus plus… Plus honeymoon maksudnya. Dasarnya niat untuk ibadah berdua suami supaya makin dekat dengan Allah dan makin mesra tentunya, setelah banyaknya permasalahan mendera kami,  Allah kasih bonus buat saya, selalu saya dapat kamar yang bagus-bagus.. sekelas suit room… Inna amalu binniyyat… ^_^
Boys.. Mom Dad honeymoon dulu ya … be nice okay?! ...  hehehe ...;)

Meninggalkan Madinah… Nangiiiiisss lagiiiiiiii
Ah, ngga akan pernah cukup waktu disini, terlalu nikmat di kota Nabi.. terlalu indah. Jujur saya merasakan hal yang sangat berbeda antara di kota Madinah dan Makkah. Di Madinah saya merasakan kelembutan Rasulullah , serasa saya berkunjung ke salah satu tuan rumah yang terlembut hatinya. Dan saat saat saya berdzikir dan berdoa saya merasa 'Dikunjungi'.. serasa dibelai, dirangkul, disayang, dimanja.  Indaaaaah sekali.

Pagi terakhir (saat itu) di Madinah, setelah sarapan, mandi.. berdandan cantik… ;)  pkl. 8 ringan kaki aku langkahkan menuju mesjid. Dengan niat saat itu ingin sendiri, betul-betul ingin menikmati ibadah sholat sunnah sendiri di mesjid. Begitui memasuki mesjid, sepi terasa, hening.. hanya ada segelintir jamaah bertebaran mengambil jarak yang cukup jauh, aku rasa kita semua saat itu sama, ingin merasakan keheningan ibadah yang sama.

Sholat sunnah Tahiyatul Masjid, dan Syukur Wudhu aku dirikan, dilanjut dengan Sholat Dhuha 8 rakaat… Setiap gerakan sholat, lantunan ayat-ayat suci aku resapi dalam-dalam, dan berusaha memahami maknanya, Subhanallah… bibir, air mata, debaran jantung, qolbuku semua bereaksi, seakan-akan berlomba ingin memperlihatkan kebahagiaan, dan berlomba saling mengucapkan syukur. Disini,,, ini maksudku aku merasa ‘dikunjungi’… Betapa nikmatnya ibadahku, serasa didampingi dan dibelai. Betul-betul merasa dimanjakan  sebagai tamu.

Selesai sholat, dzikir, aku ambil Al Quranku… sebelum membaca, sebentar aku duduk tafakur… Tau ngga ?.. yang ada hanya , mataku menyapu pelan-pelan setiap sudut Masjid Nabawi. Mulai dari tiang-tiangnya, pilar tembok bercat belang-belang, ornament emas di setiap ukiran tembok… Mata ini seolah merekam semua yang bisa aku pandang, seperti ingin menyimpan kuat memory, agar sewaktu-waktu nanti dimanapun, aku tinggal pejamkan mata, maka muncul lagi rekaman itu… *I wish I could *.

Lalu perlahan aku memandang kanan kiriku, petugas cleaning service, bekerja dalam hening. Sepertinya mereka sangat menghormati tamu-tamu Allah yang beribadah. Petugas-petugas ada yang melap rak Al Quran, menyapu, pel, vacuum karpet, memasang tali pemisah, mengisi gelas-gelas plastic untuk para jamaah minum air ZamZam, kupandang lagi berisan termos-termos dingin berisi air ZamZam… Ya Allah berkahilah mereka, sayangilah mereka.

Akhirnya , Al Quran ditangan hanya sedikit yang aku baca, aku sibuk menikmati pemandangan indah, langit-langit masjid sebagian terbuka, udara pagi sejuk terasa dingin menyapu wajah yang masih basah karena air mata, sinar matahari hangat lembut masuk kedalam masjid membiaskan warna emas , indaaaah sekali dalam masjid Nabawi ini. Susah untuk diuraikan dengan kata-kata perasaan saat itu.  Yang ada, aku tempelkan keningku untuk bersujud, sujud syukurku padaMu.. atas segala kenikmatan ibadah dan kesempatan yang Allah berikan padaku.

"Alhamdulillahiladzi binikmatihi tatimussholihaati, Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmatNya akan sempurna segala kebaikan "...

...... next...Masjidil Haram, Makkah.. Masjid yang paling bercahaya dipermukaan bola dunia...
dan bertemu wanita super....